Senin, 19 Desember 2011
On 06.47 by Iyan Sofi Ansori in Tugas Soft Skill Mata Kuliah Bahasa Indonesia No comments
Kemajuan teknologi komputer adalah suatu hal yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan sehari-hari, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Teknologi merupakan metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis, dimana teknologi menjadi suatu alat bantu manusia dalam melakukan pekerjaannya. Tentunya kemajuan teknologi ini harus kita sikapi dengan bijaksana, karena jika tidak teknologi dapat mengubah perilaku seseorang menjadi konsumtif.
On 06.43 by Iyan Sofi Ansori in Tugas Soft Skill Mata Kuliah Bahasa Indonesia No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi ini tidak dapat
dibayangkan jika hidup tanpa komputer Saat ini, komputer menjadi kebutuhan
pokok manusia untuk menyelesaikan masalahnya. Semua orang akan bingung ketika
komputer yang akan mereka gunakan tiba-tiba bermasalah. Mereka akan melakukan
segala cara untuk memperbaiki komputer. Bahkan, mereka rela membeli komputer
baru
Kemajuan teknologi komputer memang
sangat membantu manusia. Dengan komputer, kita dapat dengan mudah menyelesaikan
pekerjaan. Saat ini teknologi komputer semakin maju. Selain membantu untuk membantu
menyelesaikan pekerjaan, kita dapat melakukan apapun dengan komputer. Misalnya,
kita dapat mendengarkan musik, menonton film, menonton film atau memainkan
permainan. Bahkan saat ini telah dikembangkan komputer yang praktis seperti notebook, maupun PC tablet.
Tentunya kemajuan teknologi membawa
dampak bagi kehidupan manusia. Untuk mengetahui dampak kemajuan teknologi
komputer, perlu diadakan pembahasan mengenai hal itu.
B. Maksud dan Tujuan
Makalah ini disusun untuk memaparkan dampak-dampak kemajuan teknologi
bagi kehidupan manusia, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dalam
penulisan ini diharapkan agar pembaca dapat memanfaatkan kemajuan teknologi
komputer dengan arif dan bijaksana.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan dampak
kemajuan teknologi komputer adalah sebagai berikut :
1.
Dampak
positif kemajuan teknologi komputer bagi kehidupan manusia
2.
Dampak
negatif kemajuan teknologi komputer bagi kehidupan manusia
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan kemajuan
teknologi komputer, manusia dapat menyelesaikan segala pekerjaannya dengan
mudah, Seperti pekerjaan di bidang pendidikan, politik ekonomi, sosial budaya
bahkan untuk mendeteksi penyakit sekalipun dapat dibantu oleh teknologi
komputer. Komputer itu bak pisau bermata dua, memiliki dampak positif maupun
dampak negatif tergantung bagaimana kita bijak dalam penggunaannya sehari-hari.
Berikut
ini akan dijelaskan dampak-dampak
kemajuan teknologi komputer.
A. Dampak Positif Kemajuan Teknologi Komputer
Tidak dapat dipungkiri bahwa komputer adalah mesin yang dapat
membantu semua pekerjaan manusia. Bahkan dengan kemajuan teknologi
komputer manusia dapat memperoleh banyak
informasi melalui jaringan internet. Disamping itu manusia dapat melakukan
apapun dengan komputer. Kita dapat bersosialisasi dengan teman melalui jejaring
sosial, bermain game, mendengarkan musik, menonton televisi dan film dengan menggunakan komputer. Dampak positif
kemajuan teknologi dilihat dari berbagai
bidang :
1.
Teknologi
Informasi dan Komunikasi
Kita dapat memperoleh informasi yang
akurat dan cepat di belahan bumi manapun, dapat berkomunikasi dengan teman
melalui jejaring sosial, dan dapat
mendapatkan layanan bank dengan sangat mudah.
2.
Ekonomi
dan Industri
Pertumbuhan ekonomi yang semakin
tinggi, terjadi industrialisasi, produktifutas dunia industri semakin meningkat, persaingan dalam dunia
kerja menunut untuk selalu menambah
skill dan pengetahuan yang dimilki.
3.
Sosial
dan Budaya
Semakin banyak wanita yang memiliki
peranan penting dalam kepemimpinan, meningkatkan rasa percaya diri kemajuan
ekonomi di negara-negara Asia melahirkan fenomena yang menarik dan tekanan
kompetisi yang tajam di berbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi
globalisasi.
4.
Pendidikan
Munculnya media massa, khususnya
elektronik sebagai sumber dan pusat pendidikan. Sistem pembelajaran e-learning
melalui inetrnet yang tidak mengharuskan kita belajar tatap muka.
5.
Politik
Munculnya kelas menengah baru dalam
pertumbuhan teknologi. Proses regenerasi kepemimpinan, sudah barang tentu
peralihan kepemimpinan ini akan berdampak dalam gaya substansi politik
B. Dampak Negatif Kemajuan Teknologi Komputer
Kemajuan teknologi komputer selain membawa dampak positif
juga membawa dampak negatif, berikut dampak negatif dilihat dari berbagai
bidang :
1.
Teknologi
Informasi dan Komunikasi
Baru-baru ini banyak pemanfaatan jasa
komunikasi oleh jaringan teroris untuk merekrut anggotanya. Kerahasiaan alat
tes semakin terancam, karena melalui internet kita dapat memperoleh informasi
tes psikologi
2.
Ekonomi
dan Industri
Tejadinya pengangguran yang di
akibatkan oleh fungi kerja manusia digantikan oleh komputer dan sikap konsumtif
yang terjadi pada masyarakat akibat dari kompetisi yang ketat
3.
Sosial
dan Budaya
Kemerosotan moral di kalangan warga
masyarakat khususnya di kalangan pelajar dan remaja. Kenakalan yang disertai
tindak penyimpangan menimbulkan dampak semakin lemahnya kewibawaan
tradisi-tradisi yang ada di masyarakat.
4.
Pendidikan
Penyalahgunaan pengetahuan bagi
orang-orang tertentu untuk melakukan tindak kriminal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemajuan teknologi komputer membawa
dampak positif bagi kehidupan manusia. Dampak yang di di timbulkan dapat
berakibat positif dan negatif. Oleh karena itu, kita perlu melakukan upaya
mengurangi akibat negatif dari kemajuan teknologi komputer. Kita perlu
menyikapi semua ini dengan arif dan bijaksana. Bagaimanapun juga komputer
memang sangat membantu kita dalam kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah
memanfaatkan kemajuan teknologi komputer dengan arif dan bijaksana.
Dafftar Pustaka
Buku :
Eti, Nunung Yuli, Anton
Suparyanta, M.G. Hesti Puji rastuti. 2005. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk
SMA Kelas XII. Klaten; Intan
Pariwara.
--------.2005. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
untuk SMA Kelas XI Jilid 2b. Klaten; Intan Pariwara.
Ganda, Asep Drs., 1999. Bahasa Indonesia untuk SLTP Kelas II Jilid 2. Jakarta;
Pribumi Mekar
Mulyati, Yeti dkk. 2009. Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka
Nasution, S. Prof., Dr., Prof., Drs., M. Thomas. 1980. Buku Penuntun Membuat Disertasi
Thesis Skripsi Report Paper. Bandung: Jemmars
Web :
http://kamusbahasaindonesia.org/
http://terminaltechno.blog.uns.ac.id/2009/12/08/dampak-kemajuan-teknologi-terhadap-peradaban-manusia
Minggu, 18 Desember 2011
On 21.35 by Iyan Sofi Ansori in Tugas Soft Skill Mata Kuliah Bahasa Indonesia No comments
Bab
I
PENDAHULUAN
Ejaan memiliki peranan yang penting sekali bagi bahasa
tulis, artinya dalam kaitannya dengan penggunaan bahas Indonesia produktif
tulis. Ejaan adalah cara menuliskan bahasa (kata atau kalimat) dengan
menggunakan huruf dan tanda baca. Sebenarnya ejaan sudah kita pelajari sejak
sekolah dasar maupun menengah, pada kenyataannya hingga kini masih banyak orang
yang tidak menguasainya.
Pada saat ini bahasa Indonesia menggunakan ejaan
yang disebut Ejaan Yang Disempurnakan
mulai Agustus 1972,kemudian diresmikan di dalam pidati kenegaraan Presiden
Suharto pada tanggal 16 agustus 1972. Sebelumnya dalam tulis menulis Ejaan
Soewandi atau ejaan Republik yang dipergunakan. Ejaan tersebut diberlakukan
mulai 19 maret 1947.sebelum ejaan Soewandi berlaku Ejaan Van Ophuysen yang
ketentuannya dimuat dalam Kitab Logat Melajoe yang disusun dengan bantuan Engku
Nawawi Gelar Soetan Ma’Mur dan Muhammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan Van Ophuysen
dinyatakan mulai berlaku sejak tahun 1901
dan sebelum ejaan Van Ophuysen berlaku dalam tulis menulis, bahasa
melayu dengan huruf Jawi atau Arab
Melayu dan juga huruf Latin dengan ejaan tidak teratur yang digunakan.
A.
Latar Belakang
Pada era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi
ini, masyarakat dituntut secara bijak untuk dapat menerima, memahami, mengawasi
dan menyampaikan informasi di segala aspek kehidupan sosial dengan baik dan
benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa memiliki peranan
sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian
berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan
media informasi baik dan benar. Tentunya dengan memadukan satu kesepakatan
dalam etika berbahasa, perlunya peran aturan baku tersebut digunakan, dalam hal
ini kita selaku warga negara yang baik dan taat hukum hendaknya selalu
memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan
yang Disempurnakan (EYD) adalah sub materi dalam ketata bahasaan Indonesia,
yang ,memiliki peran yang besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis
sehingga diharapkan informasi tersebut dapat disampaikan dan di pahami secara
komprehensif dan terarah. Pada prakteknya diharapakan aturan tersebut dapat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga proses penggunaan tata bahasa
Indonesia dapat digunakan dengan baik dan benar.
B.
Maksud dan Tujuan
Maksud
dan tujuan dari penulisan
ini diharapkan agar pembaca dapat memahami dan mengerti peran ejaan bagi bahasa tulis. penulisan ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai
pengetahuan bagaimana menggunakan ejaan yang baik dan benar.
C.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan peran ejaan bagi bahasa tulis adalah sebagai
berikut :
1.
Pemakaian Huruf
2.
Penulisan Kata
3.
Pemakaian Tanda Baca
4.
Penulisan Unsur Perapan
Bab II
PERAN EJAAN BAGI BAHASA TULIS
Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi(kata,kalimat,dsb)
dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Ejaan merupakan
kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keseragaman bentuk dan
keteraturan,terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi
pada ketepatan dan kejelasan makna.
Ejaan yang berlaku sekarang adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan Yang Disempurnakan sesuai dengan peraturan menteri pendidikaan
nasional No.46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan menggantikan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0543a/U/1987 tentang Penyempurnaan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) mulai diberlakukan pada tanggal
16 Agustus 1972. Ejaan ini dalam sejarah bahasa Indonesia merupakan upaya
penyempurnaan ejaan sebelumnya yang telah digunakan selama dua puluh lima tahun yang dikenal dengan Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi (Berdasarkan Menteri PP dan K Republik Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan pada tahun 1947).
Ejaan pertama bahasa Indonesia adalah Ejaan Van Ophuijsen (nama seorang guru
besar belanda yang juga pemerhati bahasa), diberlakukan pada tahun 1901 oleh
pemerintah Belanda yang berkuasa di Indonesia pada masa itu, Ejaan Van Ophuijsen
dipakai selama 46 tahun, lebih lam dari Ejaan Republik dan baru diganti setelah
dua tahun Indonesia merdeka
2.1. PEMAKAIAN HURUF
A. Huruf Abjad
Abjad
yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di kolom ketiga.
Huruf
|
Nama
|
|
Kapital
|
Kecil
|
|
A B C D E F G H I
J K L M N O P Q R
S T U V W X Y Z
|
a b c d e f g h i
j k l
m n o p q r
s t u v w x y z
|
a be ce de e ef ge
ha i
je ka el em en o
pe ki er
es te u ve we
eks ye zet
|
B. Huruf Vokal
Huruf
yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf
Vokal
|
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi
Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
a e*
i
o u
|
api enak emas
itu oleh ulang
|
padi petak
kena simpan kota bumi
|
lusa sore tipe murni radio ibu
|
Keterangan:
* Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen ( ′ ) dapat digunakan jika ejaan kata
menimbulkan keraguan.
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank
Indonesia.
Kami
menonton film seri (séri).
Pertandingan itu berakhir seri. Di
mana kécap itu dibuat? Coba kecap dulu
makanan itu.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan
dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan
z.
Huruf
Konsonan
|
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi
Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
b c d f g h j k
l
m
n
p
q
r
s
t
v
w
x
y
z
|
bahasa cakap dua fakir guna hari jalan kami
-
lekas maka nama pasang Quran raih sampai tali varia wanita xerox yakin
zeni
|
sebut
kaca ada kafan
tiga saham manja paksa rakyat* alas kami tanah apa
status-quo
bara asli mata lava hawa
-
payung lazim
|
adab
-
Abad maaf gudeg tuah mikraj politik
bapak* akal diam daun siap Taufiq putar tangkas rapat
-
-
sinar-x
- juz
|
Keterangan:
*
Huruf
k melambangkan
bunyi hamzah.
** Huruf q dan
x khusus dipakai
untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan keperluan
ilmu (seperti status quo dan sinar-x)
D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa
Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au,
dan oi.
Huruf
Diftong
|
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi
Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
ai au oi
|
ain
aula
-
|
malaikat saudara boikot
|
pandai harimau amboi
|
E. Gabungan
Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan.
Gabungan
Huruf
Konsonan
|
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi
Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
kh
ng ny sy
|
khusus ngilu nyata syarat
|
akhir bangun banyak isyarat
|
tarikh
senang
- arasy
|
Catatan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis
sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.
F. Huruf Kapital
1.
Huruf kapital atau huruf besar dipakai
sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia
membaca buku.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
2.
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik
bertanya, "Kapan kita pulang?"
Orang itu menasihati
anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!" "Kemarin engkau terlambat," katanya.
"Besok pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat."
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama,
kitab suci, dan Tuhan,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Islam Quran
Kristen Alktab
Hindu Weda
Allah
Yang Maha kuasa
Yang Maha Pengasih
Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4. a. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin Sultan Hasanuddin Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim
b. Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang tidak
diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia
baru saja diangkat
menjadi sultan. Pada tahun ini dia pergi naik haji.
Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.
5. a. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur
nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan
sebagai pengganti nama orang tertentu.
Misalnya:
Wakil
Presiden Adam Malik Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara
Husein Sastranegara Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian Gubernur Jawa Tengah
b. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi
yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya:
Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
Sidang itu dipimpin Presiden.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Kegiatan itu sudah direncanakan
oleh Departemen.
c. Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak
merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.
Misalnya:
Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu? Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.
6. a. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah Ampere
Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan
der
(dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal).
Misalnya:
J.J de Hollander
J.P. van Bruggen
H. van der Giessen Otto von Bismarck Vasco da Gama
(2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai
untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau
binti.
Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Ibrahim bin Adham
Siti Fatimah binti Salim
Zaitun binti Zainal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan
nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
pascal second Pas
J/K atau JK-1 joule per Kelvin
N Newton
c. Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama orang
yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
7. a. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Eskimo suku Sunda
bahasa Indonesia
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
Pengindonesiaan
kata asing keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
8. a. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,
bulan, hari, dan hari raya.
Misalnya:
tahun Hijriah
tarikh Masehi
bulan Agustus
bulan Maulid
hari Jumat
hari Galungan
hari Lebaran
hari Natal
b.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Perang Candu
Perang Dunia I
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
c. Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa
Indonesia. Perlombaan senjata membawa risiko
pecahnya perang dunia.
9. a. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.
Misalnya:
Banyuwangi Asia Tenggara Cirebon Amerika Serikat Eropa Jawa Barat
b. Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi.
Misalnya:
Bukit Barisan Danau Toba
Dataran Tinggi
Dieng Gunung Semeru Jalan Diponegoro Jazirah Arab Ngarai Sianok Lembah Baliem
Selat Lombok Pegunungan
Jayawijaya
Sungai Musi Tanjung
Harapan
Teluk Benggala Terusan Suez
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi
jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
Misalnya:
ukiran Jepara
pempek Palembang
tari Melayu
sarung Mandar
asinan Bogor
sate Mak Ajad
d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi.
Misalnya:
berlayar ke teluk
mandi di sungai
menyeberangi selat berenang di danau
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis.
Misalnya:
nangka belanda kunci inggris
petai
cina
pisang ambon
10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara,
lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata
tugas, seperti dan, oleh,
atau, dan untuk.
Misalnya:
Republik Indonesia
Departemen Keuangan
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
57 Tahun 1972
Badan Kesejahteraan Ibu
dan Anak
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan,
dan nama dokumen resmi.
Misalnya:
beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat menjadi sebuah republik
menurut undang-undang yang berlaku
Catatan:
Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
Pemberian gaji bulan ke-13 sudah disetujui Pemerintah.
Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah
itu. Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur
bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga
ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan.
12. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam judul
buku, majalah, surat
kabar, dan makalah, kecuali kata
tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang
tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya
telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia
adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah
"Asas-Asas Hukum Perdata".
13. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.
Misalnya:
Dr. doktor
S.E. sarjana ekonomi
S.H. sarjana hukum
S.S. sarjana sastra
S.H. sarjana hukum
S.S. sarjana sastra
S.Kp. sarjana keperawatan
M.A. master of arts
M.Hum. magister humaniora
Prof. profesor
M.A. master of arts
M.Hum. magister humaniora
Prof. profesor
K.H. kiai haji
Tn. Tuan
Ny. nyonya
Sdr. saudara
Catatan:
Gelar akademik dan sebutan
lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara khusus dalam
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
036/U/1993.
14. a. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama kata
penunjuk hubungan kekerabatan,
seperti bapak, ibu, saudara,
kakak,
adik, dan paman,
yang
digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
Adik
bertanya, "Itu apa, Bu?"
Besok
Paman akan datang.
Surat
Saudara sudah saya terima. "Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.
"Silakan duduk, Dik!" kata orang itu.
b. Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama
kata
penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan
atau penyapaan.
Misalnya:
Kita
harus menghormati bapak dan ibu
kita. Semua kakak dan adik
saya sudah berkeluarga.
Dia
tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
kata
Anda
yang digunakan dalam penyapaan.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda?
Surat Anda telah kami terima dengan baik.
16.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan,
catatan, dan misalnya yang didahului oleh
pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan
lengkap itu. (Lihat contoh pada IB, IC, IE, dan II F15).
G. Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan
nama buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama
karangan Prapanca. Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat
Bahasa.
Berita itu muncul dalam surat kabar Suara
Merdeka.
Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau disertasi
yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan
tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi
diapit dengan tanda petik.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata,
atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, melainkan ditipu
Bab ini tidak membicarakan
pemakaian huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan
menggunakan ungkapan berlepas tangan.
.
3. a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan
yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
Nama
ilmiah buah manggis
ialah Carcinia mangostana.
Orang
tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini. Weltanschauung dipadankan dengan 'pandangan dunia'.
b. Ungkapan asing yang telah
diserap ke
dalam bahasa
Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Misalnya:
Negara itu telah mengalami
empat kali kudeta.
Korps
diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
Catatan:
Dalam
tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi.
H. Huruf Tebal
1. Huruf
tebal dalam cetakan dipakai
untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar
isi, daftar tabel, daftar
lambang, daftar pustaka,
indeks, dan lampiran
Misalnya:
Judul : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab : BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab: 1.1 Latar Belakang Masalah
1.2
Tujuan
.
Daftar, indeks, dan lampiran:
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMBANG DAFTAR PUSTAKA INDEKS
LAMPIRAN
2. Huruf tebal
tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring.
Misalnya:
Akhiran –i tidak dipenggal
pada ujung baris.
Saya tidak mengambil bukumu
Gabungan
kata kerja sama ditulis terpisah. Seharusnya ditulis dengan huruf miring:
Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak mengambil
bukumu
Gabungan kata kerja sama
ditulis terpisah.
3. Huruf tebal
dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk
menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
Misalnya:
kalah v 1 tidak menang ...2
kehilangan atau merugi ...; 3 tidak lulus ... ; 4 tidak menyamai
mengalah
v mengaku kalah
mengalahkan
v 1 menjadikan kalah ...; 2 menaklukkan ...; 3 menganggap kalah ...
terkalahkan v dapat
dikalahkan ...
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau
ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi
garis bawah ganda.
2.2.
PENULISAN KATA
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis
sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan
keberhasilanmu.
Kantor pajak penuh sesak.
Dia bertemu dengan kawannya di
kantor pos.
B. Kata Turunan
1. a. Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya: berjalan dipermainkan
gemetar kemauan lukisan menengok petani
b. Imbuhan dirangkaikan
dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang
bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
mem-PHK-kan di-PTUN-kan
di-upgrade
me-recall
2. Jika bentuk
dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang
tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.)
Misalnya:
bertepuk tangan garis bawahi menganak
sungai sebar luaskan
3. Jika bentuk
dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda
hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.)
Misalnya:
dilipatgandakan menggarisbawahi
menyebarluaskan penghancurleburan pertanggungjawaban
4. Jika salah
satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adipati
|
dwiwarna
|
paripurna
|
aerodinamika
|
ekawarna
|
poligami
|
antarkota
|
ekstrakurikuler
|
pramuniaga
|
antibiotik
|
infrastruktur
|
prasangka
|
anumerta
|
inkonvensional
|
purnawirawan
|
audiogram
|
kosponsor
|
saptakrida
|
awahama
|
mahasiswa
|
semiprofesional
|
bikarbonat
|
mancanegara
|
subseksi
|
biokimia
|
monoteisme
|
swadaya
|
caturtunggal
|
multilateral
|
telepon
|
dasawarsa
|
narapidana
|
transmigrasi
|
dekameter
|
nonkolaborasi
|
tritunggal
|
demoralisasi
|
pascasarjana
|
ultramodern
|
Catatan:
(1)
Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya
huruf kapital, tanda hubung (-) digunakan
di antara kedua unsur itu.
Misalnya:
non-Indonesia pan-Afrikanisme
pro-Barat
(2)
Jika kata maha sebagai unsur
gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti
oeh kata berimbuhan, gabungan
itu ditulis terpisah dan unsur-unsurnya
dimulai dengan huruf kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3)
Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan diikuti
oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan
itu ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
(4) Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk dasar.
Misalnya:
Sikap
masyarakat yang pro
lebih banyak
daripada yang kontra. Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.
(5) Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan.
Misalnya:
taklaik terbang taktembus cahaya tak bersuara
tak terpisahkan
C. Bentuk Ulang
1. Bentuk ulang
ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya. Misalnya:
anak-anak mata-mata
berjalan-jalan menulis-nulis
biri-biri mondar-mandir
buku-buku ramah-tamah
hati-hati sayur-mayur
kuda-kuda serba-serbi
kupu-kupu terus-menerus
lauk-pauk tukar-menukar
berjalan-jalan menulis-nulis
biri-biri mondar-mandir
buku-buku ramah-tamah
hati-hati sayur-mayur
kuda-kuda serba-serbi
kupu-kupu terus-menerus
lauk-pauk tukar-menukar
Catatan:
(1)
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama saja.
Misalnya:
surat kabar → surat-surat
kabar kapal barang → kapal-kapal
barang rak buku → rak-rak buku
(2) Bentuk ulang gabungan kata yang unsur
keduanya adjektiva ditulis dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya
dengan makna yang berbeda.
Misalnya:
orang
besar → orang-orang
besar orang besar-besar
gedung
tinggi → gedung-gedung tinggi gedung
tinggi-tinggi
2. Awalan dan akhiran
ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
Misalnya:
kekanak-kanakan
perundang-undangan melambai-lambaikan dibesar-besarkan memata-matai
(Lihat keinggris-inggrisan Sub-Bab 1.1., Huruf F, Butir 7.)
Catatan:
Angka 2 dapat digunakan dalam
penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan
rapat atau kuliah.
Misalnya:
Pemerintah sedang mempersiapkan
rancangan undang2 baru. Kami mengundang orang2 yang berminat
saja.
Mereka me-lihat2 pameran.
Yang ditampilkan dalam pameran itu
adalah buku2 terbitan Jakarta. Bajunya ke-merah2 –an
D. Gabungan
Kata
1. Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
Misalnya:
duta
besar model linear
kambing hitam orang tua
kambing hitam orang tua
simpang empat persegi panjang
mata pelajaran rumah sakit umum
meja tulis kereta api cepat luar biasa
2.
Gabungan kata yang
dapat menimbulkan kesalahan
pengertian dapat ditulis
dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk
menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
anak-istri Ali anak istri-Ali
ibu-bapak kami ibu bapak-kami
buku-sejarah baru buku sejarah-baru
buku-sejarah baru buku sejarah-baru
3. Gabungan kata yang dirasakan sudah
padu benar ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali
|
daripada
|
perilaku
|
adakala
|
darmabakti
|
puspawarna
|
akhirukalam
|
darmawisata
|
radioaktif
|
alhamdulillah
|
halalbihalal
|
saptamarga
|
apalagi
|
hulubalang
|
saputangan
|
astagfirullah
|
kacamata
|
saripati
|
bagaimana
|
kasatmata
|
sebagaimana
|
barangkali
|
kilometer
|
sediakala
|
beasiswa
|
manakala
|
segitiga
|
belasungkawal
|
manasuka
|
sekalipun
|
bilamana
|
matahari
|
sukacita
|
bismillahr
|
padahal
|
syahbandar
|
bumiputra
|
peribahasa
|
waralaba
|
E. Suku Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan
sebagai berikut.
a. Jika
di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalan dilakukan diantara
kedua huruf vokal itu.
Misalnya :
bu-ah
ma-in
ni-at
sa-at
b. Huruf diftong ai,au, dan oi tidak
dipenggal.
Misalnya :
pan-dai
au-la
sau-da-ra
am-boi
c. Jika di tengah kata dasar ada huruf
konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua buah huruf vokal,
pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya:
ba-pak
la-wan
de-ngan
ke-nyang
mu-takhir
mu-sya-wa-rah
d. Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan
yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf konsonan
itu.
Misalnya:
ap-ril
cap-lok
makh-luk
man-di
sang-gup
som-bong
swas-ta
e. Jika di tengah kata dasar
ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi,
pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf
konsonan yang kedua.
Misalnya:
ul-tra
in-fra
ben-trok
in-stru-men
Catatan:
(1) Gabungan huruf konsonan yang
melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Misalnya:
bang-krut
bang-sa
ba-nyak
ikh-las
kong-res
makh-luk
sang-gup
(2) Pemenggalan kata tidak
boleh menyebabkan munculnya satu huruf (vokal) di awal atau akhir baris.
Misalnya:
itu → i-tu
setia → se-ti-a
2. Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara bentuk
dasar dan imbuhan atau partikel itu.
Misalnya :
ber-jalan
mem-bantu
di-ambil
ter-bawa
per-buat
makan-nan
letak-kan
me-rasa-kan
pergi-lah
apa-kah
per-buat-an
ke-kuat-an
Catatan:
(1)
Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya
mengalami perubahan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya :
me-nu-tup
me-ma-kai
me-nya-pu
me-nge-cet
pe-no-long
pe-mi-kir
pe-nga-rang
pe-nye-but
pe-nge-tik
(2) Akhiran -i tidak
dipisahkan pada pergantian baris. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung,
Bab 2.3. Huruf
E, Butir 2.)
(3) Pemenggalan
kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:
ge-lem-bung
ge-mu-ruh
ge-ri-gi
si-nam-bung
te-lun-juk
(4) Pemenggalan
tidak dilakukan pada suku kata yang terdiri atas satu vokal.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah
itu telah disampaikan ….
Walaupun cuma-cuma, mereka tidak
mau
ambil
makanan itu.
3.
Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu
dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara
unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata
dasar. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab 2.3., Huruf E, Butir 2.)
Misalnya:
bio-grafi bi-o-gra-fi bio-data bi-o-da-ta
foto-grafi fo-to-gra-fi
foto-kopi fo-to-ko-pi
intro-speksi in-tro-spek-si
intro-jeksi in-tro-jek-si
kilo-gram ki-lo-gram
kilo-meter ki-lo-me-ter
pasca-panen pas-ca-pa-nen pasca-sarjana pas-ca-sar-ja-na
4. Nama orang,
badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau lebih
dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda pisah). Unsur
nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.
F. Kata Depan di, ke, dan
dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap
sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. (Lihat juga Bab II, Huruf D, Butir 3.)
Misalnya:
Bermalam sajalah
di sini.
Di mana
dia sekarang?
Kain
itu disimpan di dalam lemari. Kawan-kawan bekerja di
dalam gedung. Dia berjalan-jalan di luar gedung.
Dia
ikut terjun ke tengah kancah
perjuangan. Mari kita berangkat ke kantor.
Saya
pergi ke sana kemari mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Saya
tidak tahu dari mana
dia berasal. Cincin itu terbuat dari emas.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah
ini ditulis serangkai.
Misalnya:
Kami
percaya sepenuhnya kepadanya.
Dia
lebih tua daripada saya.
Dia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari gambar itu.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
G. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan
-tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku
itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu? Siapakah gerangan dia?
Apakah gunanya bersedih hati?
2. Partikel pun
ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
Hendak pulang
tengah malam pun sudah
ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Jika Ayah membaca di teras, Adik pun membaca di tempat itu.
Catatan:
Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui. Bagaimanapun juga, tugas itu akan diselesaikannya.
Baik laki-laki maupun perempuan ikut berdemonstrasi.
Sekalipun belum selesai, hasil pekerjaannya
dapat dijadikan pegangan.
Walaupun sederhana, rumah
itu tampak asri.
3. Partikel per
yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam
ruang satu per satu. Harga kain itu Rp50.000,00 per helai.
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
Catatan:
Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. (Lihat Bab 2.2, Huruf I, Butir
7.)
H. Singkatan dan Akronim
1.
Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a.
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan
tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
Misalnya:
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
H. Hamid Haji Hamid
Suman Hs. Suman Hasibuan
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
M.B.A. master of business
administration
M.Hum. magister humaniora
M.Si. magister sains
S.E. sarjana ekonomi
S.Sos sarjana sosial
S.Kom sarjana komunikasi
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
Bpk. bapak
Sdr. saudara
Kol. kolonel
b. Singkatan
nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan
huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa WHO World Health Organization
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
PT perseroan terbatas
SD sekolah dasar
KTP kartu tanda penduduk
c. 1) Singkatan
kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
jml. Jumlah
kpd. kepada
tgl. Tanggal
hlm. halaman
yg. yang
dl. dalam
No. nomor
2) Singkatan gabungan kata
yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.
Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan
seterusnya
sda. sama
dengan atas
ybs. yang bersangkutan
Yth. Yang terhormat
Catatan:
Singkatan itu dapat
digunakan untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat dan
kuliah.
d. Singkatan gabungan kata
yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat- menyurat)
masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.b. untuk beliau
u.p. untuk
perhatian
e. Lambang kimia, singkatan
satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan
titik.
Misalnya:
Cu kuprum
cm sentimeter
kg kilogram
kVA kilovolt-ampere
l liter
Rp rupiah
TNT trinitrotoluene
2.
Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai
sebuah kata.
a.
Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
SIM surat izin mengemudi
b.
Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan
huruf awal kapital.
Misalnya:
Bulog Badan Urusan Logistik
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional
Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha
Indonesia
Kowani Kongres Wanita Indonesia
c. Akronim bukan nama diri
yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu pemilihan umum
iptek ilmu pengetahuan
dan teknologi
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
tilang bukti pelanggaran
radar radio
detecting and ranging
Catatan:
Jika pembentukan akronim dianggap
perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.
(1) Jumlah suku kata akronim tidak melebihi
jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia (tidak lebih dari tiga suku
kata).
(2) Akronim
dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang
sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan
diingat.
I. Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan
dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di
dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka
Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka
Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII,
VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
1. Bilangan
dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam
perincian atau paparan.
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga
kali. Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
Di antara 72 anggota
yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang
tidak memberikan suara.
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan
umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
2. Bilangan
pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan
kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak
ada pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.
Panitia mengundang 250 orang peserta.
Bukan:
250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu
3. Angka yang
menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat
pinjaman 550 miliar rupiah.
Dia mendapatkan bantuan Rp250
juta rupiah untuk mengembangkan usahanya. Proyek pemberdayaan ekonomi
rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
4. Angka
digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan
waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.
Misalnya:
0,5 sentimeter tahun 1928
5 kilogram 17 Agustus 1945
4 meter persegi 1 jam 20 menit
10 liter pukul 15.00
Rp5.000,00 10 persen
US$ 3,50* 27 orang
£5,10*
¥100
2.000 rupiah
Catatan:
(1)
Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.
(2) Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$,
£, dan ¥ tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang
itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.
5. Angka digunakan untuk
melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Jalan Wijaya No. 14
Apartemen No. 5
Hotel Mahameru, Kamar 169
6. Angka digunakan untuk
menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
Markus 2: 3
7. Penulisan bilangan
dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh
Misalnya :
Dua belas (12)
Tiga puluh (30)
Lima ribu (5000)
b. Bilangan pecahan
Misalnya:
Setengah (1/2)
Seperenam (1/16)
Tiga perempat (3/4)
Dua persepuluh (2/10)
Tiga dua pertiga (3 2/3)
Satu persen (1%)
Catatan :
(1) Pada penulisan bilangan pecahan dengan
mesin tik, spasi digunakan di antara bilangan utuh dan bilangan pecahan.
(2) Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan
lambang bilangan dengan huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian.
Misalnya:
20 2/3 (dua puluh dua-pertiga)
22/30 (dua-puluh-dua pertiga puluh)
20 15/17 (dua puluh lima-belas pertujuh belas)
150 2/3 (seratus lima puluh dua-pertiga)
152/3 (seratus-lima-puluh-dua pertiga)
8. Penulisan bilangan tingkat dapat
dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya :
a. pada awal abad XX (angka
Romawai kapital)
dalam kehidupan pada abad ke-20 ini
(huruf dan angka Arab)
pada awal abad kedua puluh (huruf)
b. kantor di tingkat II gedung
itu (angka Romawi)
di tingkat ke-2 gedung itu
(huruf dan angka Arab)
di tingkat kedua gedung itu
(huruf)
9.
Penulisan bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara berikut.
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5).
Misalnya:
lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
tahun 1950-an (tahun seribu
sembilan ratus lima puluhan)
uang 5.000-an (uang lima-ribuan)
10.
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
(kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).
Misalnya:
Di lemari itu tersimpan 805 buku
dan majalah. Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai. Rumah itu
dijual dengan harga Rp125.000.000,00.
11. Jika
bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang
sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima
puluh sen).
Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00
(lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan
pertanggungjawaban.
Dia membeli uang dolar Amerika Serikat
sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).
Catatan :
(1) Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.
(2) Angka Romawi digunakan untuk menyatakan
penomoran bab (dalam terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan.
(3) Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran
halaman sebelum
Bab I dalam
naskah dan buku.
J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya
Kata ganti ku- dan kau-
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan
kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Buku ini boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan
bukunya tersimpan di perpustakaan.
Rumahnya sedang diperbaiki.
Catatan:
Kata-kata ganti itu (-ku,
-mu, dan -nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung
dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf
kapital.
Misalnya :
KTP-mu
SIM-nya
STNK-ku
K. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
Toko itu memberikan hadiah kepada si
pembeli. Ibu itu membelikan sang suami sebuah laptop. Siti mematuhi
nasihat sang kakak.
Catatan:
Huruf awal si dan sang ditulis
dengan huruf kapital jika kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur nama diri.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada Sang
Kancil.
Dalam cerita itu Si Buta
dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya.
2.3.
PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir
kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di
sana.
Dia menanyakan siapa yang akan
datang.
Catatan:
Tanda titik tidak digunakan pada akhir
kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda titik. (Lihat juga sub-bab 2.3., Huruf I.)
Misalnya:
Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko,
M.A. Dia memerlukan meja, kursi, dsb.
Dia mengatakan, "kaki
saya sakit."
2. Tanda titik dipakai di
belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a. III. Departemen Pendidikan Nasional
A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
1. Direaktorat Pendidikan Anak Usia
Dini
2. ...
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus
2.1 …
2.2 ...
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai
di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau
huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai
untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1
lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
Catatan:
Penulisan waktu dengan
angka dapat mengikuti salah satu cara berikut.
(1) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12
dapat dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam.
Misalnya:
pukul
9.00 pagi pukul
11.00 siang pukul 5.00 sore pukul 8.00 malam
(2) Penulisan
waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang,
atau malam.
Misalnya:
pukul
|
00.45
|
pukul
|
07.30
|
pukul
|
11.00
|
pukul
|
17.00
|
pukul
|
22.00
|
4.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20
detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5. Tanda titik
dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Misalnya:
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo,
Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920.
Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai
Poestaka.
Catatan:
Urutan informasi mengenai daftar
pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan.
6.
Tanda titik dipakai
untuk memisahkan bilangan
ribuan atau kelipatannya
yang menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Siswa yang lulus masuk perguruan
tinggi negeri 12.000 orang. Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan
bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Dia lahir pada tahun 1956 di
Bandung. Lihat halaman 2345 dan seterusnya. Nomor gironya 5645678.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul
yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Menteri Pendidikan
Nasional Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945) Salah Asuhan
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat
penerima surat, (b) nama
dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat.
Misalnya:
Yth. Kepala Kantor
Penempatan Tenaga
Jalan Cikini 71
Jakarta
Yth. Sdr. Moh. Hasan
Jalan Arif Rahmad 43
Palembang
Adinda
Jalan Diponegoro 82
Jakarta
21 April 2008
(4) Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya
dan desimal dilakukan sebagai berikut.
Rp200.250,75 $ 50,000.50
8.750 m 8,750 m
7. Tanda titik dipakai pada
penulisan singkatan (Lihat sub bab 2.3.Huruf H.)
B. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma
dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun
surat kilat khusus memerlukan prangko.
Satu, dua, ... tiga!
2.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan,
sedangkan, dan kecuali.
Misalnya:
Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi
kau yang memilihnya. Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya.
Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan
adiknya suka membaca puisi
Semua mahasiswa harus hadir, kecuali
yang tinggal di luar kota.
3.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau ada undangan, saya akan datang.
Karena tidak congkak, dia mempunyai
banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita
harus banyak membaca buku.
Catatan :
Tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi
induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya akan datang kalau ada undangan.
Dia mempunyai banyak teman karena
tidak congkak.
Kita harus membaca banyak buku agar
memiliki wawasan yang luas.
4.
Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun
begitu.
Misalnya:
Anak itu rajin dan pandai. Oleh
karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak
kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar
Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku
sombong kepada siapapun.
Catatan:
Ungkapan penghubung antarkalimat,
seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan
meskipun begitu, tidak dipakai pada awal paragraf.
5. Tanda koma
dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,dan kasihan,
atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas
dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, jalannya licin. Mas,
kapan pulang? Mengapa kamu diam, Dik? Kue ini enak, Bu.
6. Tanda koma
dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
(Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.)
Misalnya:
Kata Ibu, "Saya gembira
sekali."
"Saya gembira sekali," kata
Ibu, "karena lulus ujian."
7. Tanda koma
tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru.
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?"
tanya Pak Guru. "Masuk ke kelas sekarang!" perintahnya.
8.
Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c)
tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1,
Bogor
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang.
9.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik
Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik
Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa. Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus
Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Alquran
Sugono, Dendy. 2009. Mahir
Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
10. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian
dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa
Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka
Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hilman, Hadikusuma,
Ensiklopedi Hukum Adat
dan Adat Budaya
Indonesia
(Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa
Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
11. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan
gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A. Bambang Irawan, S.H. Siti
Aminah, S.E., M.M.
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A.
dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
12. Tanda koma dipakai di
muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
27,3 kg
Rp500,50
Rp750,00
Catatan:
Bandingkan dengan penggunaan tanda
titik yang dimulai dengan angka desimal atau di antara dolar dan sen.
13. Tanda
koma dipakai untuk
mengapit keterangan tambahan
yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda
pisah, Sub bab 2.3,
Huruf F.)
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai
sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih
banyak orang laki-laki yang makan sirih.
Semua siswa, baik laki-laki maupun
perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Catatan:
Bandingkan dengan keterangan pewatas
yang pemakaiannya tidak diapit dengan tanda koma.
Misalnya:
Semua siswa yang lulus ujian akan
mendapat ijazah.
14. Tanda koma dapat dipakai─untuk menghindari
salah baca/salah pengertian─di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita
dapat memanfaatkan bahasa-nahasa
di kawasan nusantara ini.
Atas perhatian Saudara, kami ucapan
terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita dapat
memanfaatkan bahasa-bahasa di
kawasan nusantara ini
dalam pengembangan
kosakata.
Kami ucapkan terima kasih atas
perhatian Saudara.
C. Tanda Titik Koma (;)
1.
Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
Misalnya:
Hari sudah malam; anak-anak
masih membaca buku-buku yang baru dibeli ayahnya. Ayah mengurus tanaman di
kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya; Adik membaca di teras depan; saya
sendiri asyik memetik gitar menyanyikan puisi-puisi penyair kesanganku.
2. Tanda titik
koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa
frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak
perlu digunakan kata dan.
Misalnya:
Syarat-syarat penerimaan pegawai
negeri sipil di lembaga ini:
(1)
berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;
(3)
berbadan sehat;
(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Tanda titik
koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila
unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
Misalnya :
Ibu membeli buku, pensil,
dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk. Agenda rapat ini
meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara; penyusunan anggaran dasar,
anggaran rumah tangga, dan program kerja;
pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.
D. Tanda Titik Dua (:)
1.
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya :
Kita sekarang memerlukan perabot rumah
tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para
pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
Catatan :
Tanda titik dua tidak dipakai
jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan.
Misalnya :
Kita memerlukan kursi, meja, dan
lemari.
Fakultas itu
mempunyai Jurusan Ekonomi
Umum dan Jurusan
Ekonomi Perusahaan.
2. Tanda titik
dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya :
a. Ketua :
Ahmad Wijaya Sekretaris : Siti Aryani Bendahara : Aulia Arimbi
b. Tempat :
Ruang Sidang Nusantara
Pembawa Acara: Bambang S.
Hari, tanggal : Selasa, 28 Oktober 2008
Waktu : 09.00—10.30
3.
Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya :
Ibu : "Bawa kopor ini, Nak!" Amir : "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik-baik!"
4. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid
atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak
judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam
karangan.
Misalnya :
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Yasin: 9
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi
Cerpen Nusantara
Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi
Ketiga. Jakarta:
Pusat Bahasa
E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung
menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya :
Di samping cara lama diterapkan juga
ca- ra baru ….
Sebagaimana kata peribahasa, tak ada
ga- ding yang takretak.
2. Tanda hubung
menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan
bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.
Misalnya :
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
Senjata ini merupakan sarana pertahan-
an yang canggih.
3. Tanda hubung digunakan untuk
menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya :
Anak-anak
Berulang-ulang
Kemerahan-marahan
4. Tanda hubung
digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang
dieja satu-satu.
Misalnya :
8-4-2008
p-a-n-i-t-i-a
5. Tanda hubung
boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan
dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
Misalnya :
Ber-evolusi
dua-puluh ribuan (20 x 1.000)
tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial (tanggung jawab social dan kesetiakawanan sosial)
Karyawan boleh mengajak anak-istri ke
acara pertemuan besok.
Bandingkan dengan:
be-revolusi
dua-puluh-ribuan (1 x 20.000)
tanggung jawab dan kesetiakawanan
sosial
6. Tanda hubung dipakai untuk
merangkai:
a. se- dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf kapital, b. ke- dengan angka,
c. angka dengan -an,
d. kata atau imbuhan dengan singkatan
berhuruf kapital, e. kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan
f.
gabungan kata yang merupakan kesatuan.
Misalnya:
Se-Indonesia
Peringkat ke-2
Tahun 1950-an
Hari-H
Sinar-X
Mem-PHK-kan
Ciptaan-Nya
Atas rahmat-Mu
Bandara
Sukarno-Hatta
Alat pandang-dengar
7. Tanda hubung dipakai
untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash
di-mark-up
pen-tackle-an
F.
Tanda Pisah (─)
1.
Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun utama kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan itu—hak segala
bangsa—harus dipertahankan.
Keberhasilan itu─saya yakin─dapat
dicapai kalau kita mau berusaha keras.
2.
Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini─evolusi, teori
kenisbian, dan kini juga pembelahan atom─telah mengubah konsepsi kita tentang
alam semesta.
Gerakan Pengutamaan Bahasa
Indonesia─amanat Sumpah Pemuda─harus terus
ditingkatkan.
3.
Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti
'sampai dengan' atau 'sampai ke'.
Misalnya:
Tahun 1928─2008
Tanggal 5─10 April 2008
Jakarta─Bandung
Catatan:
(1) Tanda pisah tunggal dapat digunakan untuk
memisahkan keterangan tambahan pada akhir kalimat.
Misalnya :
Kita memerlukan alat
tulis─pena, pensil, dan kertas. (Bandingkan dengan Sub-bab 2.3, Huruf D, kaidah 1.)
(2)
Dalam
pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi
sebelum dan sesudahnya.
G. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan dia berangkat? Saudara tahu,
bukan?
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung
untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat
dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?)
hilang.
I. Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat
yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ..., marilah kita
laksanakan.
Jika Saudara setuju dengan harga itu
..., pembayarannya akan segera kami lakukan.
2. Tanda
elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan
diteliti lebih lanjut. Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih sangat
terbatas.
Catatan:
(1)
Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2)
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai 4 tanda
titik: 3 tanda titik untuk menandai penghilangan teks dan 1 tanda titik untuk menandai akhir kalimat.
(3)
Tanda elipsis pada akhir kalimat tidak diikuti dengan spasi.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca
harus digunakan dengan cermat
J. Tanda Petik (" ")
1. Tanda petik dipakai
untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau
bahan tertulis lain.
Misalnya:
Pasal 36 UUD 1945 menyatakan,
"Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. " Ibu berkata, "Paman
berangkat besok pagi. "
"Saya belum siap," kata dia,
"tunggu sebentar!"
2. Tanda petik dipakai
untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak "Pahlawanku" terdapat
pada halaman 5 buku itu.
Saya sedang membaca "Peningkatan
Mutu Daya Ungkap Bahasa Indoneia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju
Masyarakat Madani.
Bacalah "Penggunaan
Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
Makalah "Pembetukan Insan Cerdas
Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.
3. Tanda petik dipakai
untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara
"coba dan ralat" saja.
Dia bercelana panjang yang di kalangan
remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
Catatan
(1) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca
yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
Kata dia, "Saya juga minta
satu."
Dia bertanya, "Apakah saya boleh ikut?"
(2) Tanda baca
penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang
mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat
atau bagian kalimat.
Misalnya:
Bang Komar sering disebut
"pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Karena warna kulitnya, dia mendapat
julukan "Si Hitam".
(3) Tanda petik
pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama
tinggi di sebelah atas baris.
(4)
Tanda petik (") dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. (sama
dengan di atas) atau kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang berbentuk
daftar.
Misalnya:
zaman bukan jaman
asas " azas
asas " azas
plaza " plasa
jadwal " jadual
jadwal " jadual
bus " bis
K. Tanda Petik Tunggal (' ')
1. Tanda petik
tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya dia, "Kaudengar bunyi
'kring-kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu depan,
kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap
seketika," ujar Pak Hamdan.
2. Tanda petik tunggal
dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
Misalnya:
terpandai 'paling' pandai
retina 'dinding
mata sebelah dalam' mengambil langkah seribu ‘lari
pontang-panting'
tinggi hati ‘sombong,
angkuh'
3. Tanda petik tunggal
dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa
asing (Lihat pemakaian tanda kurung,sub-bab 2.3I, Huruf M)
Misalnya:
feed-back 'balikan'
dress rehearsal 'geladi bersih'
tadulako 'panglima'
L. Tanda Kurung (( ))
1. Tanda kurung
dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Anak itu tidak memiliki KTP (kartu
tanda penduduk).
Dia tidak membawa SIM (surat izin
mengemudi)
Catatan
Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap
setelah itu bentuk singkatnya.
Misalnya:
Saya
sedang mengurus perpanjangan
kartu tanda penduduk
(KTP). KTP itu merupakan tanda pengenal dalam berbagai
keperluan.
2. Tanda kurung
dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama
kalimat.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul
"Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10)
menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
3. Tanda kurung dipakai
untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam
bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.
4. Tanda kurung
dipakai untuk mengapit
angka atau huruf
yang memerinci urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a)
bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
ia harus melengkapi berkas
lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3)
surat keterangan kesehatan.
Catatan:
Tanda kurung tunggal dapat dipakai
untuk mengiringi angka atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke
bawah.
Misalnya:
Kemarin kakak saya membeli
1) buku,
2) pensil, dan
3) tas sekolah.
Dia senang dengan mata
pelajaran
a)
Fisika
b)
Biologi
c)
kimia
.
M. Tanda Kurung Siku ([ ])
1.
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi
gemerisik
Ia memberikan uang [kepada] anaknya.
Ulang tahun [hari kemerdekaan]
Republik Indonesia jatuh pada hari Selasa.
2.
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini
(perbedaannya dibicarakan di dalam sub-Bab
2.2
N. Tanda Garis Miring (/)
1.
Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun
ajaran.
Misalnya:
No. 7/PK/2008
Jalan Kramat III/10 tahun
ajaran 2008/2009
2. Tanda garis miring
dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.
Misalnya:
dikirimkan lewat darat/laut 'dikirimkan lewat darat atau lewat
laut' harganya Rp1.500,00/lembar 'harganya
Rp1.500,00 tiap lembar' tindakan penipuan dan/atau 'tindakan penipuan
penganiayaan dan penganiayaan, tindakan penipuan, atau tindakan penganiayaan'
catatan:
Tanda garis miring ganda (//) dapat
digunakan untuk membatasi penggalan- penggalan dalam kalimat untuk memudahkan
pembacaan naskah.
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat
menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Dia 'kan sudah kusurati. ('kan: bukan)
Malam 'lah tiba. ('lah: telah)
1 Januari '08 ('08: 2008)
2.4. PENULISAN UNSUR
SERAPAN
Dalam
perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa, baik
dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab, Portugis,
Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam
bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing
yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle,
shuttle cock, dan de l'homme par l'homme. Unsur-unsur itu dipakai
dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih
mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal itu, diusahakan ejaannya
disesuaikan dengan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan
dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur
serapan itu adalah sebagai berikut.
a (ain Arab dengan a)
menjadi ‘a
‘asr asar
‘ah saat
manfa‘ah manfaat
manfa‘ah manfaat
‘ (ain Arab) di akhir suku
kata menjadi k
ra‘yah rakyat
ma‘na makna
ruku‘ rukuk
ma‘na makna
ruku‘ rukuk
aa (Belanda) menjadi a
paal pal
baal bal
octaaf oktaf
baal bal
octaaf oktaf
ae
tetap ae
jika tidak bervariasi dengan e aerobe aerob aerodinamics aerodinamika
ae,
jika
bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin hemoglobin
haematite hematit
haemoglobin hemoglobin
haematite hematit
ai tetap ai
trailer trailer
caisson kaison
au tetap au
audiogram audiogram autotroph autotrof
tautomer tautomer
hydraulic hidraulik
caustic kaustik
c di muka a, u, o, dan
konsonan menjadi k calomel kalomel
construction konstruksi
cubic kubik
coup kup
classification klasifikasi
crystal kristal
c
di muka e,
i, oe, dan y menjadi s
central sentral
cent sen
cybernetics sibernetika
circulation sirkulasi
cylinder silinder
coelom selom
cc di muka o, u, dan
konsonan menjadi k accomodation akomodasi
acculturation akulturasi
acclimatization aklimatisasi
accumulation akumulasi
acclamation aklamasi
cc
di muka e
dan imenjadi ks
accent aksen accessory aksesori
vaccine vaksin
cch dan ch di muka a, o,
dan konsonan menjadi k
saccharin sakarin
charisma karisma
cholera kolera
chromosome kromosom
technique teknik
ch
yang
lafalnya s atau sy menjadi s echelon eselon
machine mesin
ch
yang
lafalnya c menjadi c
chip cip
voucher vocer
China Cina
ck menjadi k
check cek
ticket tiket
ç (Sanskerta) menjadi s
çabda sabda
çastra sastra
d
(Arab)
menjadi d
darurat darurat
fardu fardu
hadir hadir
e tetap e
effect efek
description deskripsi
synthesis sintesis
ea tetap ea
idealist idealis
habeas habeas
ee (Belanda) menjadi e
stratosfeer stratosfer
systeem sistem
ei tetap ei
eicosane eikosan
eidetic eidetik
einsteinium einsteinium
eo tetap eo
stereo stereo
geometry geometri
zeolite zeolit
eu tetap eu
neutron neutron
eugenol eugenol
europium europium
f
(Arab)
menjadi f
faqīr fakir
mafhum mafhum
saf saf
f tetap f
fanatic fanatik
factor faktor
fossil fosil
gh menjadi g
sorghum sorgum
gue menjadi ge
igue ige
gigue gige
h
(Arab)
menjadi h
hakim hakim
tahmid tahmid
ruh roh
i
pada awal
suku kata di muka vokal tetap i iambus iambus
ion ion
iota iota
ie
(Belanda)
menjadi i jika lafalnya i politiek politik
riem rim
ie tetap ie jika lafalnya bukan i
variety varietas
patient pasien
efficient efisien
kh (Arab) tetap kh
khusus khusus
akhir akhir
ng tetap ng
contingent kontingen
congres kongres
linguistics linguistik
oe (oi Yunani) menjadi e
oestrogen estrogen
oenology enology
foetus fetus
oo (Belanda) menjadi o
komfoor kompor
provoost provos
oo (Inggris) menjadi u
cartoon kartun
proof pruf
pool pul
oo (vokal ganda) tetap oo
zoology zoologi
coordination koordinasi
ou
menjadi u
jika lafalnya u gouverneur gubernur coupon kupon
contour kontur
ph menjadi f
phase fase
physiology fisiologi
spectograph spektograf
ps tetap ps
pseudo pseudo
psychiatry psikiatr
i psychic psikis
psychosomatic psikosomatik
pt tetap pt
pterosaur pterosaur
pteridology pteridologi
ptyalin ptialin
q menjadi k
aquarium akuarium
frequency frekuensi
equator ekuator
q
(Arab)
menjadi k
qalbu kalbu
haqiqah hakikah
haqq hak
rh menjadi r
rhapsody rapsodi
rhombus rombus
rhythm ritme
rhetoric retorika
s (Arab) menjadi s
salj salju asiri asiri hadis hadis
s (Arab) menjadi s
subh subuh musibah musibah khusus khusus
sc
di muka a,
o, u, dan konsonan menjadi sk scandium skandium
scotopia skotopia
scutella skutela
sclerosis sklerosis
scriptie skripsi
sc
di muka e,
i, dan y menjadi s scenography senografi scintillation sintilasi
scyphistoma sifistoma
sch
di muka
vokal menjadi sk
schema skema schizophrenia skizofrenia scholasticism skolastisisme
t di muka i menjadi s jika
lafalnya s
ratio rasio
actie aksi
patient pasien
t
(Arab)
menjadi t
ta‘ah taat
mutlaq mutlak
Lut Lut
th menjadi t
theocracy teokrasi
orthography ortografi
thiopental tiopental
thrombosis trombosis
methode
(Belanda) metode
u tetap u
unit unit
nucleolus nukleolus
structure struktur
institute institut
ua tetap ua
dualisme dualism
aquarium akuarium
ue tetap ue
suede sued
duet duet
ui tetap ui
equinox ekuinoks
conduite konduite
uo tetap uo
fluorescein fluoresein
quorum kuorum
quota kuota
uu menjadi u
prematuur prematur
vacuum vakum
v tetap v
vitamin vitamin
television televise
cavalry kavaleri
w (Arab) tetap w
jadwal jadwal
marwa marwa
taqwa takwa
x
pada awal
kata tetap x
xanthate xantat
xenon xenon
xylophone xilofon
x
pada
posisi lain menjadi ks executive eksekutif
taxi taksi
exudation eksudasi
latex lateks
xc
di muka e
dan i menjadi ks exception eksepsi excess ekses excision eksisi excitation eksitasi
xc
di muka a,
o, u, dan konsonan menjadi ksk excavation ekskavasi excommunication ekskomunikasi
excursive ekskursif
exclusive eksklusif
y tetap y jika
lafalnya y
yakitori yakitori
yangonin yangonin
yen yen
yuan yuan
y
menjadi i
jika lafalnya i
yttrium itrium dynamo dinamo propyl propil
psychology psikologi
z tetap z
zenith zenit
zirconium zirconium
zodiac zodiac
zygote zigot
z (Arab) menjadi z
zalim zalim
hafiz hafiz
Konsonan ganda menjadi tunggal,
kecuali kalau dapat membingungkan. Misalnya:
gabbro gabro
accu aki
effect efek
commission komisi
ferrum ferum
salfeggio salfegio
ummat umat
tammat tamat
Tetapi:
mass massa
Catatan:
1.
Unsur serapan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia tidak
perlu lagi diubah.
Misalnya:
bengkel, kabar, nalar, paham, perlu,
sirsak
2. Sekalipun
dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai
bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan
menurut kaidah yang dipaparkan di atas. Kedua huruf itu dipergunakan dalam
penggunaan tertentu saja, seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.
Di
samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, di bawah ini didaftarkan juga akhiran-akhiran
asing serta penyesuaiannya
dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata
seperti standardisasi, efektif, dan implementasi diserap secara
utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.
-aat (Belanda) menjadi -at
advocaat advokat
-age menjadi -ase
percentage persentase
etalage etalase
-al (Inggris), -eel (Belanda), -aal
(Belanda) menjadi -al
structural, structureel struktural
formal, formeel formal
normal, normaal normal
-ant menjadi -an
accountant akuntan
informant informan
-archy,
-archie (Belanda)
menjadi arki anarchy, anarchie anarki
oligarchy, oligarchie oligarki
-ary, -air (Belanda) menjadi -er
complementary,complementair komplementer
primary, primair primer
secondary, secundair sekunder
-(a)tion,
-(a)tie (Belanda)
menjadi -asi, -si
action,
actie aksi
publication,
publicatie publikasi
-eel (Belanda) menjadi -el
ideëel ideel
materieel materiel
moreel morel
-ein tetap -ein
casein kasein
protein protein
-i (Arab) tetap –i
haqiqi hakiki
insani insani
jasmani jasmani
-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik,
ika
logic, logica logika
phonetics, phonetiek fonetik
physics, physica fisika d
ialectics, dialektica dialektika
technique, techniek teknik
-ic,
-isch (adjektiva
Belanda) menjadi -ik electronic, elektronisch elektronik
mechanic, mechanisch mekanik
ballistic, ballistisch balistik
-ical,
-isch (Belanda)
menjadi -is economical, economisch ekonomis
practical, practisch praktis
logical,
logisch logis
-ile, -iel menjadi -il
percentile,
percentiel persentil
mobile,
mobiel mobil
-ism,
-isme (Belanda)
menjadi -isme modernism, modernisme modernisme communism,
communisme komunisme
-ist menjadi -is
publicist publisis
egoist egois
-ive, -ief (Belanda) menjadi -if
descriptive,
descriptief deskriptif
demonstrative,
demonstratief demonstratif
-iyyah, -iyyat (Arab) menjadi -iah
alamiyyah alamiah
aliyyah aliah
ilmiyyah ilmiah
-logue menjadi -log
catalogue catalog
dialogue dialog
-logy,
-logie (Belanda)
menjadi –logi
technology, technologie teknologi physiology, physiologie fisiologi
analogy, analogie analogi
-loog (Belanda) menjadi -log
analoog analog
epiloog epilog
-oid, oide (Belanda) menjadi -oid
hominoid, hominoide hominoid
anthropoid, anthropoide antropoid
-oir(e) menjadi -oar
trotoir trotoar
repertoire repertoar
-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir
director, directeur direktur
inspector,
inspecteur inspektur
amateur amatir
formateur formatur
-or tetap -or
dictator diktator
corrector korektor
-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas
university, universiteit universitas
quality, kwaliteit kualitas
-ure, -uur (Belanda)
menjadi -ur
structure, struktuur struktur
premature, prematuur premature
Bab
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi, jelas bahwa ejaam memiliki peranan yang penting
dalam sebuah bahasa terutama bahasa dalam bahasa tulis khususnya bahasa
Indonesia. Ketiadaan ejaan akan menyulitkan kita dalam berkomunikasi dan
memberi peluang untuk kesalahpahaman, sehingga ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai
bahasa demi keseragaman bentuk dan keteraturan,terutama dalam bahasa tulis.
Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Pada dasarnya
masyarakat telah memahami penggunaan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan
benar, namum demikian masyarakat masih enggan untuk mengikuti kaidah tata
bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat
sering terdikte oleh aturan-aturan tata bahasa yang salah, sehingga berawal
dari kesalahan-kesalahan tersebut dapat menjadi kesalahan yang sangat fatal
dalam mengikuti aturan-aturan ketatabahasaan yang akhirnya kesalahan tersebut
menjadi sebuah kebiasaan dan lebih buruknya lagi hal tersebut menjadi membudaya
dan di benarkan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu
sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk selalu mengingatkan masyarakat untuk
dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.
B. Saran
B. Saran
Penulis
menghimbau kepada pembaca agar selalu menggunakan ejaan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar. Demi menjaga kelestariaan bahasa Indonesia karena kita sebagai
warga negara sudah sepatutnya berbangga memiliki bahasa Indonesia.
Disamping itu peran media sebaiknya tidak menelan mentah-mentah dalam mengmbil
berita. hal ini agar kutipan langsung dapat menjadi kutipan tidak langsung,
untuk meminimalisasikan penggunaan kata-kata yang tidak sesuai dengan Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD). Di usahakan benar media menggunakan bahasa Indonesia
daripada bahasa asing dan daerah, atau bila tidak mencari padanan dalam
bahasa Indonesia.
Daftar Pustaka
Buku :
Eti, Nunung Yuli, Anton Suparyanta, M.G. Hesti Puji
rastuti. 2005. Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia untuk SMA Kelas XII. Klaten;
Intan Pariwara.
--------.2005. Pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas XI Jilid 2b. Klaten; Intan
Pariwara.
Ganda,
Asep Drs., 1999. Bahasa Indonesia untuk SLTP Kelas II Jilid 2. Jakarta;
Pribumi Mekar
Mulyati, Yeti dkk. 2009.
Bahasa Indonesia. Jakarta:
Universitas Terbuka
Nasution, S. Prof., Dr.,
Prof., Drs., M. Thomas. 1980. Buku Penuntun Membuat Disertasi
Thesis Skripsi Report Paper. Bandung: Jemmars
Web :
Langganan:
Postingan (Atom)
Search
Berita UG SS
Popular Posts
-
Pengertian Embedded System Embedded System atau sistem tertanam merupakan sistem komputer khusus yang dirancang untuk menjalankan tugas...
-
PROPOSAL BISNIS CUPCAKE (Diajukan sebagai tugas mata kuliah manajemen proyek dan manajemen resiko ) ...