Senin, 11 Januari 2016
On 22.22 by Iyan Sofi Ansori in Jokowi, Revolusi Mental, Tugas Soft Skill Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar No comments
Universitas
Gunadarma
Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Tugas
Mata Kuliah
Softskill:
Analisa Program Revolusi Mental Presiden Jokowi
Kelompok I
|
||
Anggota
|
:
|
Achmad
Fauzi
|
|
|
Fiqih
Fadliki Muslim
|
|
|
Fira
Qoriah
|
|
|
Hariyadi
|
|
|
Indra
Wisona Hartanto
|
|
|
Iyan
Sofi Ansori
|
|
|
Leni
Kumalasari
|
|
|
Ilham
Masri
|
|
|
M.
Taqwa Ramdhani
|
|
|
Adjie
Dwi Sandy
|
Kelas
|
:
|
4
KA 44
|
Dosen
|
:
|
Derry
Mayendra
|
ANALISA
PROGRAM REVOLUSI MENTAL PRESIDEN JOKOWI
I.
PROGRAM REVOLUSI MENTAL
Revolusi Mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia
agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat
eelang rajawali berjiwa api yang
menyala-nyala.” Itulah adalah gagasan revolusi mental yang pertama kali
dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada Peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus
1956. Soekarno melihat revolusi nasional Indonesia saat itu sedang mandek,
padahal tujuan revolusi untuk meraih kemerdekaan Indonesia yang seutuhnya belum
tercapai. Inilah ide dasar dari digaungkannya kembali gerakan revolusi mental
oleh Presiden Joko Widodo. Jiwa bangsa yang terpenting adalah jiwa merdeka,
jiwa kebebasan untuk meraih kemajuan. Jiwa merdeka disebut Presiden Jokowi
sebagai positivisme. Sedangkan jiwa budak, jiwa tidak merdeka, atau jiwa yang
tidak ingin maju adalah negativisme.
Revolusi mental menurut beliau itu adalah revolusi jiwa bangsa dari jiwa
budak yang negativisme ke jiwa merdeka yang penuh dengan keunggulan atau
positivisme. Gerakan revolusi mental semakin relevan bagi bangsa Indonesia yang
saat ini tengah menghadapi tiga problem pokok bangsa yaitu; merosotnya wibawa
negara, merebaknya intoleransi, dan terakhir melemahnya sendi-sendi
perekonomian nasional.
Lewat gerakan revolusi mental, Presiden Jokowi bertekad membawa Indonesia
menjadi bangsa yang berdaulat secara politik, berdiri di kaki sendiri
secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi
manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong.
Pemerintahan Presiden Jokowi berkomitmen untuk jadi pelopor gerakan revolusi
mental kepada masyarakat agar menjadi gerakan sosial, karena pelaku revolusi
mental adalah seluruh rakyat Indonesia.
Para pemimpin dan aparat negara akan jadi pelopor untuk menggerakkan
revolusi mental, dimulai dari masing-masing Kementerian/Lembaga (K/L). Sebagai
pelopor gerakan revolusi mental, pemerintah lewat K/L harus melakukan tiga hal
utama yaitu; bersinergi, membangun manajemen isu, dan terakhir penguatan
kapasitas aparat negara. Setelah pembenahan ke dalam, dilakukan juga pembenahan
ke luar lewat edukasi dan keterlibatan masyarakat.
Terdapat 4 poin yang tercantum di
dalam revolusi mental meliputi :
1.
Revolusi
Keadilan
Pada tahapan ini, pemerintahan akan melakukan rekontruksi
lembaga hukum yang ada di Indonesia supaya menghasilkan produk hukum yang
benar-benar adil dan tanpa disisipi unsur korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Revolusi ini diberlakukan untuk menyangkal istilah hukum di Indonesia yang
hanya tajam ke bawah dan sangat tumpul ke atas. Dengan kata lain, pemerintahan
Jokowi ingin mengembalikan ruh keadilan kepada berbagai lembaga hukum di
Indonesia dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan harapan serta cita-cita
rakyat Indonesia.
2.
Revolusi
Pemberantasan Kemiskinan
Kemiskinan
yang sudah dialami oleh sebagian masyarakat Indonesia merupakan hasil dari
tugas pokok dan fungsi pemerintahan Indonesia yang tidak efisien paska
kemerdekaan 1945. Pemandangan dari simbol-simbol kemiskinan di negeri ini
semakin tidak mengindahkan dari waktu ke waktu. Hal ini terbukti dengan masih
banyaknya rakyat miskin yang mengalami busung lapar di Papua dan Kalimantan.
Infrastruktur pendidikan pun belum termasuk ke skala standar. Revolusi mental
disinyalir hadir untuk mengubah kebijakan yang mengakibatkan kemiskinan rakyat
menjadi produk kebijakan yang dapat mengangkat harkat serta martabat rakyat
indonesia.
3.
Revolusi
Produksi Industri Kreatif
Sumber daya manusia Indonesia sebenarnya memiliki potensial
tinggi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nasional, Namun, asumsi
tersebut rupanya sering dilupakan oleh pihak pemerintah. Rakyat Indonesia
termasuk rakyat dengan multi-kebudayaan sehingga kreatifitas rakyat Indonesia
bisa diprioritaskan dengan pembentukan sistem yang memang dikhususkan untuk
itu. Misalnya, industri rumah tangga yang sebenarnya dapat membangun
perekonomian rumah tangga atau pedesaan dan tidak menutup kemungkinan hasil
indsutri rumah tangga tersebut dapat di ekspor. Kebijakan ini dianggap sangat
penting untuk diterapkan karena dengan meningkatnya produktifitas rakyat maka
akan semakin meningkat pula perekonomian rakyat.
4.
Revolusi
Pemberantasan Korupsi.
Korupsi ibarat virus yang sudah merasuki para birokrat
sehingga tidak heran jika ada Indonesia dianggap seolah-olah melestarikan
budaya korupsi. Faktanya, dari pemerintahan satu ke pemerintahan selanjutnya
akan selalu diwarnai banyaknya kasus korupsi yang mayoritas dilakukan oleh
birokrat kelas atas atau para elit politik. Birokrat seharusnya menjaga amanah
yang telah dimandatkan namun hal tersebut rupanya tidak pernah diindahkan.
Meskipun tidak semua birokrat yang melakukan korupsi namun kondisi ini tentunya
memerlukan ketegasan serta ketelitian yang intensif dari berbagai lembaga
pemerintahan ntuk membasmi korupsi di Indonesia secara tuntas dan menyeluruh.
II.
KELEBIHAN PROGRAM REVOLUSI MENTAL
Gerakan revolusi mental berdampak positif terhadap kinerja pemerintahan
Jokowi. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, ada beberapa prestasi yang diraih
berkat semangat integritas, kerja keras, dan gotong royong dari aparat negara
dan juga masyarakat.
Pemberantasan ilegal fishing, pengelolaan BBM lebih bersih dan
transparan, pembangunan pembangkit listrik terbesar di Asia Tenggara,
pembangunan tol trans Jawa, trans Sumatera , dan Kalimantan, adalah sedikit
hasil dari kerja keras pemerintah Presiden Jokowi. Ke depan, gerakan
revolusi mental akan semakin digalakkan agar sembilan agenda prioritas
pemerintah yang tertuang dalam Nawa Cita bisa terwujud.
III. KEKURANGAN
PROGRAM REVOLUSI MENTAL
Program Revolusi Mental Presiden
Jokowi terkesan sebagai produk gagasan politik instan lebih mengemuka, apalagi
untuk mengaitkan relevansinya dengan gagasan revolusi Soekarno, cenderung
dipaksakan. Sebab gagasan soekarno dan revolusi mental lahir dari cara berpikir
yang sangat jauh berbeda. Gagasan Soekarno tentang keberdaulatan politik,
ekonomi dan budaya adalah gagasan kompleks untuk melihat keterkaitannya dengan
posisi struktural kekuasaan yang bersifat objektif, penghadangan terhadap
kapitalisme menjadi gerakan politik struktural hingga politik global. Sedangkan
revolusi mental mendisversfikasi objek-objek politik masuk pada tatanan subjek
sebagai sebuah kesadaran. Sehingga kata Jokowi ‘’perubahan harus dari diri
sendiri, keluarga hingga Negara’’, terkesan sekadar menjadi utopia, gagasan
yang umumnya muncul dikalangan parpol agamais, yang ironisnya diadopsi secara
politik oleh partai nasionalis.
Ruang struktural dalam pembacaan
Jokowi hanya berada pada ranah demokrasi birokratis, yang mengandalkan ‘’kebaikan-kebaikan
moral’’ pejabat sebagai mesin utama bekerjanya visi revolusi mental. Penguatan
birokrasi aparatur Negara sudah menjadi mesin politik yang telah dijalankan
Jokowi di kepemimpinannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, ini mengesankan bahwa
sosok Jokowi lebih cenderung sebagai sosok dengan tipikal pekerja
‘’administratif’’ ketimbang konseptual ideologis.
Dalam konteks jabatan sebagai RI 1
dengan model pemerintahan desentralisasi (sebagian otonomi), peran politik
administratif hingga blusukan menjadi tidak terlalu relevan, pembacaan politik
ideologis yang menyeluruh dan global menjadi kebutuhan ketimbang bergelut
dengan reformasi aparatur birokrasi internal.
Jokowi dan Segmen Politik Gagasan
yang bertumpu pada analisa moral Jokowi tidak lepas dari posisi politik jokowi.
Secara politik Jokowi mengesankan diri berada ditengah-tengah dua poros
kekuatan yang bersikukuh antara borjuis dan rakyat kecil (buruh dan pekerja).
Sehingga sebagian orang menganggapnya sebagai ‘’borjuis kecil’’ yang
bermodalkan populisme sebagai taktik politis para borjuis yang dimunculkan
untuk tetap bertahan pada posisi politiknya dimata rakyat yang telah jenuh
menelan pahit. Sehingga upaya untuk menunggu gagasan progresif dan radikal
sebagai visi politik Jokowi menjadi absurd, sebab hal tersebut dipengaruhi oleh
posisi politik dan segmen politik Jokowi.
Meski Jokowi terkesan lahir dari
luar lingkar politik elit, tetapi tak pula ia terkesan lahir ditingkat kelas
bawah, posisi sebagai kelas menengah lebih mencolok. Begitupun Kalau kita
membaca peta analisa politik diperhelatan gurbernur DKI Jakarta sebelumnya,
Jokowi terbilang muncul lewat dukungan kelas menengah dan elit yang dominan,
oleh karenaya kebijakan-kebijakan politik Jokowi dominan tak lepas dari
eksistensi kelas menengah-elit Jakarta ketimbang merepresentasikan kepentingan
kelas buruh dan pekerja. Hal ini dapat dilihat dari linglung-nya Jokowi untuk
menentukan sikap politik tegas atas tuntutan-tuntutan buruh yang selalu mengisi
perhelatan massa untuk mendapatkan keterbebasan dari penghisapan (may day).
Begitupun kebijakan-kebijakan penertiban kota (pasar) yang menjadikannya
populis, tak lain merupakan ‘’penggusuran-penggusuran’’’ rakyat kecil yang
tampakannya lebih terkesan shaleh ketimbang rezim-rezim yang lain. Memperindah
tata ruang kota jauh lebih menjadi kebijakan elitis mercusuar ketimbang menjadi
kebijakan popular dimata kelas pekerja dan buruh. Begitupun naiknya harga saham
secara drastis atas resminya pencapresan Jokowi sebelumnya, merupakan semiotika
penegasan dari popularitas posisi politik Jokowi di mata borjuis, yang tak
lepas dari kepentingan survivalitas kepentingan borjuis, kacamata kelas borjuis
memposisikan Jokowi sebagai sosok ideal tawar penawar perantara kepentingan,
yang bisa lebih mudah untuk menenangkan buruh dan pekerja, berdasarkan
kecenderungan politik perasaan yang ‘’dimainkan’’ Jokowi mengantarkannya
sebagai figur populis.
IV. PELAKSANAAN
PROGRAM REVOLUSI MENTAL
Adapun
pelaksanaan program revolusi mental harus didukung oleh 8 Prinsip revolusi mental yaitu :
1. Revolusi Mental adalah gerakan
sosial untuk bersama-sama menuju Indonesia yang lebih baik.
2. Harus didukung oleh tekad politik
(political will) Pemerintah
3. Harus bersifat lintas sektoral.
4. Kolaborasi masyarakat, sektor
privat, akademisi dan pemerintah.
5. Dilakukan dengan program “gempuran
nilai” (value attack) untuk senantiasa mengingatkan masyarakat terhadap
nilai-nilai strategis dalam setiap ruang publik.
6. Desain program harus mudah
dilaksanakan (user friendly), menyenangkan (popular) bagi seluruh segmen masyarakat.
7. Nilai-nilai yang dikembangkan
terutama ditujukan untuk mengatur moralitas publik (sosial) bukan moralitas
privat (individual).
8. Dapat diukur dampaknya dan dirasakan
manfaatnya oleh warga masyarakat.
Kemudian didukung oleh nilai-nilai strategis revolusi mental
diantaranya :
a.
Integritas
ü Kewargaan
Contoh Perilaku : Bersih, Antri, Hak disable, Hak
pejalan kaki, Aman berkendara.
ü Dapat Dipercaya
Contoh Perilaku : Anti memberi dan menerima Suap.
b.
Etos
Kerja
ü Profesional
Contoh Perilaku : Cepat tanggap, tepat waktu, tidak
menunda pekerjaan.
ü Mandiri
Contoh Perilaku : Cinta produk Indonesia
ü Kreatif
Contoh Perilaku : Melakukan inovasi, Anti mencontek,
life-long learning
c.
Gotong
– Royong
ü Saling Menghargai
Contoh Perilaku : Sopan santun, Menerima perbedaan, Anti
kekerasan, Anti Diskriminasi, kasih sayang.
ü Gotong Royong
Contoh Perilaku : Tolong menolong, kerja sama,
kerelawanan.
Adapun
siapa penggerak revolusi mental adalah
pemerintah , pengusaha, budayawan, tokoh agama , akademisi, dan
terakhir yaitu kita seluruh bangsa Indonesia.
Revolusi
Mental bukan slogan, bukan basa-basi tetapi aksi, untuk mengkomunikasi ide-ide kreatif, untuk membuat aksi yang
bisa mendorong masyarakat sekitar kita untuk mengubah kebiasaan yang buruk dan
menggantikannya dengan yang positif, kreatif dan bermanfaat. Beberapa aksi
diantara sebagai berikut :
1. Bersih Indonesiaku
Yuk, buat Indonesia bersih! Bawa kantong sampahmu sendiri,
buang sampah di tempatnya, ingatkan mereka yang masih buang sampah sembarangan.
2. Indonesia Ramah Pejalan Kaki
Jalan kaki itu sehat, lho. Tapi sayang sarana untuk pejalan
kaki masih sedikit ya? Pemerintah sedang membenahi fasilitas untuk pejalan kaki
bekerjasama dengan swasta juga.
3. Indonesia Bisa Antre
Tertib, tertib, tertib. Kata yang terasa jadi sekadar jargon,
ya? Antre, yuk! Hargai diri sendiri dan orang lain dan mengatur diri sendiri
agar mengantre pada tempatnya.
Daftar
Pustaka
3. Revolusi Mental. “8 Prinsip Revolusi
Mental”.11 Januari 2016. http://revolusimental.go.id/tentang-gerakan/8-prinsip-revolusi-mental.html.
4. Revolusi Mental. “Nilai - Nilai
Strategis Revolusi Mental”.11 Januari 2016. http://revolusimental.go.id/tentang-gerakan/nilai-nilai-strategis-revolusi-mental.html.
5.
Revolusi
Mental. “Siapa Penggerak Revolusi Mental”.11 Januari 2016. http://revolusimental.go.id/tentang-gerakan/siapa-penggerak-revolusi-mental.html.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Search
Berita UG SS
Popular Posts
-
Pengertian Embedded System Embedded System atau sistem tertanam merupakan sistem komputer khusus yang dirancang untuk menjalankan tugas...
-
PROPOSAL BISNIS CUPCAKE (Diajukan sebagai tugas mata kuliah manajemen proyek dan manajemen resiko ) ...
0 komentar:
Posting Komentar